Selalu ada ilmu disetiap proses

Bismillah…

Terkadang kita tak begitu menikmati proses, dan terlalu berorientasi kepada hasil. Sehingga kita tak mengerti, bagaimana nikmatnya berproses menjadi sesuatu yang kita inginkan.

Terkadang kita tak menyadari, bahwa gagal itu adalah bagian dari proses, entah itu bagian tengah atau akhir, kita pula yang mennetukan.

Seringkali kita inginkan sesuatu hal yang belum menjadi milik kita, atau belum melekat pada diri kita, yang kita dapati ada pada diri orang lain. Pada saat keinginan itu memuncak, kita akan berusaha untuk mendapatkan hal itu. Sebagian kecil orang akan memulai perlahan, dan menikmati sedikit demi sedikit perkembangan yang didapati, sebagian yang lain biasanya lebih kepada merasa tak  mampu, dan mengutuk diri sendiri, tanpa memperhatikan perkembangan terhadap dirinya, mereka pun menyerah, dan berkata dalam hati bahwa memang hal itu bukanlah untuk mereka.

Dalam beberapa bidang keilmuan, mungkin aku tak jauh beda dengan mereka yang merasa bahwa kepandaian itu bukanlah untuk diri mereka, bukan merupakan passion, dan harus mundur. Namun, dilain sisi ternyata ada hal yang semula aku merasa tak dapat melakukannya, setelah perlahan-lahan kudapati perkembangna dalam diriku, sepertinya aku mampu.

Dalam bidang teknologi informasi, dunia programming yang kini menjadi ladang dimana aku memenuhi kebutuhan hidup, dulu aku juga tak dapat melakukannya sama sekali. Sewaktu masih menjadi mahasiswa strata 1, seringkali aku gusar, khawatir ketika lulus nanti mau jadi apa diriku ini, malu dengan gelar sarjana komputer yang nantinya akan melekat dibelakang namaku.

Beruntungnya aku hidup dijaman digital, setiap ilmu sudah tak seperti dulu, yang harus ditemui dengan jarak tempuh yang tak main-main, banyak perawi hadist yang dalam riwayat disebutkan bahwa mereka berjalan ribuan mil hanya untuk mendengarkan 1 hadist. Kini, ilmu dikirimkan secara digital secepat kecepatan cahaya, dapat diakses dimana saja selagi kita berada dalam lingkungan jaringan yang memadai.

Baca juga  Diri ini berharga

Beruntung pula aku hidup ditanah Jawa, ingin apa-apa disediakan oleh lingkungan, sedang kalau menetap dibeberapa daerah tertinggal lain, hmm kita sangat jauh lebih beruntung, karena dimudahkan dalam mencari ilmu.

Aku jadi berpikir sewaktu aku ingin menyudahi pembelajaran yang aku mulai sendiri, apa pantas? Tapi bagaimana, setelah beberapa kali mengunduh e-book dan mencoba membacanya, setelah beberapa kali mengunduh video tutorial di internet dan menontonnya, tak juga aku dapat paham.

Sampai pada waktu dimana aku mulai mencoba, tak ingin menyerah dan terus melanjutkan percobaan. Seringkali aku gagal, dan kusudahi, ku mulai lagi, dan terus berulang, sampai aku tak sadar ternyata aku mulai memahaminya, dan project pertama ku pun hidup! Aku menjadi bangga, meski pun masih sangat sederhana.

Ternyata, disela-sela waktu ku menikmati proses, ada ilmu yang diam-diam merasuki ku. Membuatku mengerti apa yang sebelumnya tak aku mengerti.

Teringat juga tentang Al-Qur’an, kitab yang dulu sangat jarang ku sentuh, dan aku hindari ketika di sekolah. Ya, sangat malu ketika guru memintaku untuk membaca Al-Quran, tak lain adalah karena bacaanku yang lebih buruk dari tak bagus, ah begitulah. Setidaknya aku dulu tau Alif sampai dengan Ya’, meski dari segi makhrojul hurufnya belum keluar dengan benar, aku hapal, cuma kalau dirangkai sangat susah untuk dibaca.

Semester 3 di perguruan tinggi, menjadi titik awal dimana aku benar-benar ingin bisa belajar membaca firman Allah ini. Beruntung, dikampus tempatku belajar ada disediakan guru yang setiap hari bisa membimbing kita untuk belajar membaca Al-Qur’an. Aku tak berhenti, meski dalam perjalanannya beberapa kali mogok dan malas, sampai kini ketika aku masih belajar membaca di AMM Kotagede, aku merasa telah panjang sekali proses yang aku lalui, dan ketika kini aku diminta membaca lagi, aku pribadi sangat senang mendengar suaraku sendiri. Proses yang amat panjang, namun, kita tidak akan mendapatkannya ketika kita tak mau menjalani proses. Perlahan, dan perlahan, diam-diam ilmu itu merasukiku disela proses yang aku lalui.

Baca juga  Gandrung dengan sejarah

Ketika kita melihat sosok sempurna dimata kita, dan kita menginginkannya, kita tidak akan bisa, kalau kita tak mau menjalani proses. Kita terkadang juga enggan berpikir, bahwa dia yang sangat indah itu juga merupakan produk dari sebuah proses. Allah menjadikan kita makhluk yang berakal dan berhati, sudah sepantasnya kita bertaqorub kepadaNya, dan memaksimalkan ilmu-ilmu yang bertebaran di bumi ini, demi mendapatkan kebahagiaan yang nyata, di dunia dan akhirat. Untuk mencapainya, mari bersama kita berproses 🙂



0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x