Sebagaimana ulat yang kemudian menjadi kupu-kupu, sebagaimana hujan yang kemudian memberikan hijau di belantaran padang yang tandus, begitu kita merindukan sebuah perubahan.
Terkadang, kita terjebak dengan situasi dan kondisi dimana kita tak mampu untuk berbuat banyak, alih-alih membicarakan tentang perubahan.
Kita terjebak dengan sistem yang telah mengakar, telah menjelma sebagai nadi, tak bisa dikoyak ataupun diganti.
Disaat-saat seperti itu, kita sebetulnya butuh sedikit tangisan dan rasa sakit untuk dapat menjumpai perubahan.
Entah perasaan sakit itu kita yang merasakan, atau keseluruhan dari kita yang merasakan, kita harus mau untuk menerima, supaya kita tak terjebak dalam gundah berkepanjangan.
Memang, untuk melepaskan sesuatu yang sudah lama itu sangat sulit. Kita seperti kaget dan tidak bisa menyangka hal-hal semacam ini bisa terjadi.
Tentunya, Allah memberikan kesempatan bagi kembang tuk bertukar putik, Allah pula yang memberikan layu kembang yang tua, kemudian memberi kesempatan tuk tumbuh bibit yang baru.
Kita hanya bisa berharap dan berusaha, supaya kebiasaan-kebiasaan lama kita pasca terjadinya trigger tak terbawa.
Supaya perubahan tak sekedar menjadi perubahan dari sisi muka, tetapi juga benar-benar udara segar yang menyejukkan kehidupan.
Short Story:
Per 31 Agustus 2020, kantor tempat ku bekerja mengalami perombakan struktural yang lumayan terasa. Setelah 12 tahun lamanya, memang hal semacam ini seperti terasa berat.
Tapi tak mengapa, aku sendiri berharap banyak kepada perubahan semacam ini, supaya dapat memberikan udara dan gairah yang baru.