Tidak sekedar monyet pake jas hujan, monyet cukur rambut juga pernah mengarah ke foto Pak Jokowi

Posted on

Beberapa hari yang lalu saya membuat postingan mengenai analisa saya terhadap foto Pak Jokowi yang muncul ketika kita mencari monyet pake jas hujan pada laman pencarian Google. Ternyata, sampai detik ini tulisan saya tersebut masih mendapat trafik yang banyak, yang menandakan masih banyak orang yang penasaran kok bisa yang muncul gambar Pak Jokowi? Padahal yang diketikan gambar monyet.

Bagi teman-teman yang belum membaca analisa saya tersebut, teman-teman dapat membacanya disini: Kenapa pencarian “monyet pake jas hujan” yang muncul Pak Jokowi?. Karena tulisan ini sangat berkaitan dengan tulisan sebelumnya.

Analisa yang saya tulis diatas mungkin masih sedikit ngambang, meskipun mungkin juga sudah mewakili sebagian alasan kenapa hal demikian bisa terjadi. Hal lain yang telah terjadi di laman google selama dua hari terakhir adalah, sekarang pencarian monyet pake jas hujan tidak didominasi gambar Pak Jokowi, karena pada hasil pencarian pertama sudah diduduki postingan saya sebelumnya. Coba perhatikan gambar dibawah:

monyet pake jas hujan sudah berubah

Ternyata tulisan saya cukup membantu menyelamatkan Pak Jokowi, hehe, bercanda Pak 🙂

Baik, kembali ke pembahasan. Sebenarnya ini bukan kali pertama. Pada pertengahan 2019 lalu hal serupa juga pernah terjadi dengan kata kunci yang lain, yaitu: monyet cukur rambut.

Mungkin sekarang kalau teman-teman coba sudah tidak relevan, karena SERP (Search Engine Results Page) Google sudah diduduki oleh website-website berita yang membahas mengenai hal tersebut. Sebelumnya, yang muncul ya gambarnya Pak Jokowi.

monyet cukur rambut jokowi

Kasus serupa juga pernah terjadi terhadap Presiden Donald Trump, ketika diketikkan kata kunci serupa beberapa meme Donald Trump muncul dalam hasil pencarian.

Mungkin analisa saya ditulisan sebelumnya sudah mewakili, namun ada analisa tambahan yang mungkin belum sempat saya tulis di postingan sebelumnya yang baru saya ketahui setelah saya mencoba mencari beberapa referensi terkait SEO yang dimiliki oleh Google.

Baca juga  Mengontrol Keinginan

Kasus monyet cukur rambut sebenarnya juga diawali oleh postingan salah satu nitizen di Facebook yang mengajak untuk mengetikkan keyword tersebut, hampir mirip seperti kasus monyet pake jas hujan. Yang jadi pertanyaan adalah, kok bisa begitu terus? Apakah ini sebuah settingan? Ah saya rasa tidak.

Beberapa penjelasan saya seperti yang sudah saya ulas terkait pemantik, tren, tingkat kepercayaan dan lainnya masih bisa dipegang dan dikaitkan. Disini saya akan menambahkan sedikit ulasan, yang mungkin belum sempat saya jelaskan yang juga dapat memberikan pencerahan mengapa hal demikian bisa terjadi.

Ternyata, situs yang menampilkan gambar-gambar tersebut banyak memiliki klausa kedua dari kata kunci yang dicari

Hal ini hampir mirip yang disampaikan oleh Ketua Umum Hoax Crisis Centre (HCC) Kalbar, Reinardo Sinaga pada Juli 2019 lalu ketika terjadi kasus serupa tentang monyet cukur rambut. Menurutnya, berdasarkan referensi yang saya baca adalah karena semua foto itu berasal dari berita yang dimuat di sejumlah media nasional yang memuat kata kunci: cukur rambut.

Hal ini sedikit memberikan penjelasan, dan menguatkan dugaan saya sebelumnya di artikel mengenai monyet pake jas hujan.

Misalnya kasus monyet pake jas hujan, kebetulan situs-situs tersebut banyak juga referensi keyword pake jas hujan. Tak herankan, karena seperti yang saya sampaikan sebelumnya kalau klausa pake jas hujan berdampingan dengan klausa awal yaitu monyet.

Baca juga  Menyenangkan semua orang itu tak mungkin

Meskipun, yang muncul adalah hal lain, karena pencarian monyet pake jas hujan beberapa hari yang lalu masih tidak relevan, sebelum artikel saya kemarin saya publikasikan. Setelah artikel saya publikasikan, foto Pak Jokowi jadi tidak muncul di halaman teratas, karena artikel saya telah menempatinya, Google mendapat jawaban dari pencarian monyet pake jas hujan.

Hal serupa juga terjadi pada Donald Trump dan Amien Rais

Saya sebelumnya belum mengetahui hal ini, sampai ketika saya penasaran (karena saya juga sedang menggeluti tentang SEO) sehingga saya mencoba melakukan beberapa studi terhadap artikel-artikel yang pernah dipublikasikan oleh berbagai media.

Saya dapati, bahwa ternyata kejadian serupa juga pernah terjadi di tahun lalu terhadap Trump dan Amien Rais.

Peranan Thread Starter

Thread Starter atau orang biasanya menyebutnya TS adalah sebutan bagi mereka yang memulai bahan pembicaraan. Orang-orang ini biasanya dapat memancing suatu obrolan mengenai masalah-masalah tertentu yang kemudian dapat menjadi bahan perbincangan oleh nitizen yang lain.

Terlepas yang dibahas itu diskusi akademis, isu-isu politik, tentang hobi, fakta atau hoax, apapun itu, TS dapat memulai pembicaraan yang kemudian dapat memancing suatu tren.

Saya telah menuliskan pada artikel sebelumnya, bahwa peran pemantik obrolan ini sangat penting. Misalnya di kasus monyet pake jas hujan, ada orang yang disosial media memancing orang agar mencari di Google dengan keyword yang dikehendaki, dan kemudian menjadi tren.

Sekali lagi, kalau teman-teman belum membaca artikel sebelumnya silahkan baca dulu, biar tidak bingung. Berikut link nya: Kenapa pencarian “monyet pake jas hujan” yang muncul Pak Jokowi?

TS sudah tau diawal, dan sengaja memancing?

Berdasarkan analisa diatas, dan juga analisa di artikel sebelumnya, kita bisa ketahui kalau terkait munculnya gambar Pak Jokowi bukanlah upaya meningkatkan trafik atau biasa dikenal dengan SEO (Search Engine Optimization) dari sebuah halaman web.

Baca juga  Self-Muhasabah

Mungkin, awal mulanya memang algoritmanya Google yang memang salah kaprah. Ya namanya mesin, tidak mungkin sempurna seperti kita yang diciptakan oleh Allah kan? Yang bisa kita pahami, mesin sesempurna apapun dia hanya bisa berpikir sebagaimana rules yang sudah ditetapkan pada algoritmanya, meskipun tren kekinian mesin bisa belajar, namun mesin tidak bisa berpikir dan menggunakan hati sebagaimana kita. Eciyeee hati 🙂

Maksud saya, mulanya mungkin memang karena kesalahan algoritma Google dalam membaca keyword. Dan kemudian hal seperti ini dimanfaatkan oleh TS (saya tidak ingin menyebut: orang yang tidak bertanggung jawab, atau orang iseng hhe) untuk kemudian menciptakan kekacauan di media sosial.

Ketika TS sudah memancing, kemudian diikuti oleh nitizen yang lain, pencarian mengenai kata kunci yang digunakan sebagai umpan akan semakin banyak dan munculah tren pencarian.

Sampai disini ada gambaran kan?

Kesimpulan (lagi)

Saya tulis kesimpulan lagi karena sebelumnya saya pernah menulis kesimpulan tentang kasus serupa. Di kesimpulan kali ini, saya hanya ingin mengingatkan seandainya hal seperti ini terulang lagi teman-teman jangan risau dan khawatir, jangan histeris apalagi berpikir yang tidak-tidak.

Mungkin ini adalah sebuah kebetulan akibat kesalahan mesin. Tidak perlu dibesar-besarkan dan apalagi digunakan sebagai umpan untuk menciptakan obrolan hangat di media sosial. Kenapa? Karena hal-hal yang seperti ini di negeri kita sedang rentan.

Maksud saya, media sosial kita semenjak pilpres kemarin ini sedang masa penyembuhan. Masih banyak yang sensitif kalau ada pembahasan terkait cebong kampret dan lain sebagainya.

Saya hanya tidak ingin, hal-hal yang semacam ini nantinya menjadi kayu bakar yang malah memancing keributan sehingga menciptakan kondisi negeri kita menjadi tidak stabil.

Aku kamu dia dan mereka kan sama-sama bersaudara, baiknya diskusi-diskusi gak mutu disosial media kita kurangi. Kalau emang mau diskusi, kita harus belajar diskusi yang sehat. Wokey? Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments