Tahun 2020 ini mungkin tahun ke 6 (kurang lebih) saya menggunakan Linux. Semenjak awal nyoba dualboot ditahun 2014-an, dan ditahun selanjutnya benar-benar migrasi secara utuh alias single boot. Setelah sekian tahun saya menjadi pengguna, sepertinya saya merasakan ada yang perlu saya sampaikan untuk teman-teman yang saat ini baru mulai menggunakan Linux. Kenapa?
Banyak sekali pengguna Linux diawal-awal masa penggunaanya tersesat dan hilang arah, karena tidak bisa menempatkan Linux sebagai mana mestinya.
Sejak awal saya menggunakan Linux, saya juga bergabung dengan beberapa komunitas Linux di Grup Facebook dan lainnya. Grup-grup tersebut selain grup induk Linux Indonesia, juga grup-grup khusus yang membahas distro seperti Ubuntu Indonesia, Kali Linux Indonesia dan lain semacamnya. Saya ikuti.
Melihat berbagai pertanyaan yang muncul di grup, dan melihat siklus yang saya lihat di grup, saya seperti teringat sewaktu saya baru menggunakan Linux. Ternyata memanga ada masa nguprek di awal, ada masa looks like “hacker-man” diawal. Dalam hati saya, wajar, yauda gapapa, biarin dedek-dedek merasakan amazingnya Linux, dan menemukan jati dirinya masing-masing.
Namun, saya khawatir proses itu akan berlangsung cukup lama, atau malah berujung kepada kebosanan. Karena itu, saya mencoba untuk menulis artikel ini. Harapannya, dapat menjadi guides bagi teman-teman yang baru menggunakan Linux, dan masih “tersesat” atau buta arah.
Tahun 2017, saya pernah menulis artikel di Linux.or.id tentang Taubat dengan Migrasi ke LINUX. Bagi teman-teman yang masih mencari alasan kenapa harus menggunakan Linux, bisa membaca tulisan tersebut dulu.
Selanjutnya saya akan mencoba mendeskripsikan beberapa poin yang harus kita pahami bersama.
Tujuan Menggunakan Linux
Teman-teman tentunya memiliki alasan kenapa memutuskan untuk migrasi ke Linux. Ada sebagian diantara kita yang berdiri dengan keidealisannya untuk menghindari pembajakan sehingga memutuskan untuk beralih ke Linux (termasuk saya). Namun, ada juga yang menggunakan Linux karena tuntutan pembelajaran dikampus, atau pekerjaan.
Tujuan menggunakan Linux ini penting ditentukan. Jika teman-teman belum menentukan bahkan jika saat ini sudah menggunakan Linux, tentukanlah sekarang. Supaya apa? Supaya perjalanan teman-teman kedepan tidak semrawut.
Jika teman-teman menggunakan Linux untuk bekerja, coba definisikan, pekerjaanya apa? Untuk kuliah kah? Linux memiliki banyak distro yang telah dikomposisikan sedemikian rupa oleh para developer dari berbagai komunitas untuk memenuhi kebutuhan kita.
Menentukan Distro yang cocok
Dalam hal menentukan distro, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan. Namun, sebenernya mah simpel-simpel aja. Kita bisa sederhanakan.
Menentukan Distro ini sangat berkaitan dengan tujuan kita, ini supaya kita tidak tersesat.
“Apa sih mas kok dari tadi tersesat-tersesat gajelas?” wkwkkw
Sebenernya tersirat, saya tidak enak mengatakannya. Saya canggung untuk bilang, banyak pengguna Linux yang baru pake langsung seolah bak pentester pro, langsung mainannya Kali Linux, tapi pas posting di grup yang ditanyakan “Om, cara install aplikasi gimana?”, “Om, partisi saya tidak terbaca”, dan pertanyaan-pertanyaan lucu semacamnya jika ditanyakan oleh seorang pentester. Tak heran, karena hal semacam itu banyak yang kena bully di grup, karena orang-orang akan cenderung menertawai (bukan termasuk saya lho ya).
Saya sendiri memilih untuk tetap berusaha menjawab dengan bijak (tapi tak sebijak Mas Ade Malsasa Akbar si empunya UbuntuBuzz), tapi saya juga tak bisa menyalahkan mereka yang membully, karena ya itu tadi kasusnya seperti itu. Hanya yang dikhawatirkan yang bersangkutan malah trauma terus takut lagi buat nanya, karena takut dibully.
Nah, tersesatnya itu salah satu contohnya semacam itu. Hal lain yang sering terjadi, a little-hackerman ini biasanya pake fake-account buat nanya, dengan profile picture anonymous. Right?
Maka dari itu, saya merasa perlu menulis ini, supaya adek-adek tercinta bisa membaca dan memahami.
Dalam menentukan distro, beberapa hal yang bisa diperhatikan diantaranya adalah:
Tujuannya pake Linux
Diawal kan saya nanya tujuan pake Linux, nah dalam menentukan distro tujuan itu dipakai. Misalnay gini, “saya seorang pekerjan kantoran, saya gaada waktu buat nguprek Linux.” Jika begitu saya menyarankan teman-teman menggunakan distro-distro yang tidak perlu banyak uprekan, seperti Ubuntu, Debian, dan keluarganya.
Saya sendiri sudah lebih dari 3 tahun terakhir menggunakan Xubuntu. Karena pekerjaan saya lebih saya utamakan dari pada nguprek Linux, palingan saya nguprek ya cuma ganti wallpaper doang, itu pun kalau tak lupa.
Dulu, mungkin ketika abis install Linux langsung dikasih macem-macem hiasan sana sini, tema ini itu, biar cakep, alhasil waktu saya habis untuk konfigurasi bukan buat kerja!
Karena itu, jika teman-teman ingin fokus untuk kerja, kuliah, atau aktifitas utama teman-teman, pilihlah distro yang ndak perlu ribet, dan camkan baik-baik teman-teman: ndak perlu banyak konfigurasi tersier, fokuslah untuk berkarya!
Bukan berarti saya mengharamkan konfigurasi tampilan dan merendahkan teman-teman Desktop Art, bukan. Saya menghargai karena mungkin mereka punya tujuan lain. Menciptakan lingkungan kerja yang baik juga penting lho, misalnya dengan laptopnya yang cantik jadi semangat kerja. Hehehe, tapi, jangan sampai waktunya habis buat mempercantik laptop, dan lupa bekerja 🙂
Jika teman-teman seorang praktisi keamanan, teman-teman bisa menggunakan Kali Linux. Kalau suka edit-edit video, bisa menggunakan Ubuntu Studio, dan semacamnya.
Pada dasarnya dengan distro apapun itu bisa-bisa aja disesuaikan dengan kebutuhan kita, hanya ketika temen-temen install (Kali Linux misalnya), sudah dibundle dengan tools keamanan yang included ketika ketika menginstall, jadi ndak perlu install satu-satu.
Saya sendiri juga pakai beberapa tools keamanan yang saya install di Xubuntu saya, saya juga install editor video, ya intinya sama aja. Dimana nyamannya kita aja.
Spesifikasi Laptop dan DE
Saya menggunakan Xubuntu sejak saya masih pake Netbook bertenaga Intel Atom, saya memilih Xubuntu setelah mencoba beberapa distro dan ternyata paling nyaman dengan Xubuntu. Karena dia ringan dan ramah dengan spesifikasi laptop saya yang rendah.
Meskipun sekarang ini saya sudah pakai Core i7 gen 8 dengan Ram 8GB dan SSD, saya juga masih pakai Xubuntu karena sudah terbiasa dengan DE XFCEnya sehingga bisa lebih cepat dalam mengoperasikannya.
Pilihlah DE yang sesuai dengan spesifikasi laptop. Secara umum, distro dengan kernel linux itu sama saja. Ada beberapa perbedaan di manajemen paket dan lainnya, namun yang paling berpengaruh terhadap lingkungan kerjanya sebenernya adalah Desktop Environmentnya. Ya, karena ini kaitannya dengan grafis, dengan UI, sehingga semakin cakep, semakin smooth, tentunya butuh resource yang semakin tinggi.
Untuk spesifikasi laptop yang rendah, bisa gunakan DE LXDE, XFCE dan lainnya. Teman-teman bisa membaca di artikel lain, bisa googling DE yang ringan itu apa. Misalnya saya disini memilih XFCE, karena saya mager buat ngebundle sendiri distro ARCH (misalnya) dengan XFCE, jadinya saya lebih nyaman pake Xubuntu, dimana ubuntu langsung dinikahkan sama XFCE.
Intinya cuma itu sih, kalau teman-teman senggang silahkan explorasi Linux lebih jauh. Silahkan buat distro baru, atau ikut berpartisipasi dalam dunia open source yang lain. Kalau teman-teman masih baru di Linux, dan teman-teman masih banyak aktifitas lain, silahkan gunakan Linux dengan nayman (karena faktanya pake Linux ga semenakutkan itu), dan fokuslah untuk beraktifitas.
Jika ada kata-kata yang salah, saya mohon maaf. Jika ada istilah-istilah yang tidak dipahami, silahkan Googling 🙂