Cuek itu memang kadang-kadang perlu
Benar kan? Menyenangkan semua orang itu sulit, cenderung tak mungkin. Sebaik dan sebagus apapun yang telah kita lakukan pun, selalu ada orang yang mendapati sisi buruknya.
Gemes sih, tapi ya gimana. Yang penting kitanya tak perlu terlalu risau, karena jika terlalu dipikirkan, yang akan lahir adalah gelisah. Terkadang-kadang, cuek itu perlu.
Saat tulisan ini ditulis, sekarang, pagi ini, adalah Bulan Ramadhan, bulan dimana Allah membukakan banyak sekali peluang untuk menuju surga, dan dimudahkan kita untuk menuju pintu tersebut.
Hematnya, alangkah baiknya kita terus belajar, fokus pada value yang telah kita dapatkan selama pembelajaran. Ketika kita telah belajar tentang organ tubuh misalnya, kita jadi tahu betapa pentingnya olahraga bagi tubuh, kita kemudian merepresentasikan dalam wujud berolahraga misalnya jogging atau bersepeda di pagi hari.
Amalan kita adalah hasil dari pembelajaran kita, namun, pasti ada saja orang yang tak sependapat dengan kita, misalnya, ketika kita jogging, ada yang berkomentar, mending inilah itulah, atau semacamnya.
Selera orang kan beda-beda, kepala dan lidah orang pun punya penilaian sendiri. Sehingga, benar saja, untuk dapat diterima semua orang itu sulit, seperti yang sebelumnya tak tulis, cenderung imposible.
But, bukan berarti kita terus benar-benar cuek dan tak pedulikan omongan orang lain. Setiap masukan itu perlu, andaikata itu positif dan membangun, dengarkan dan perbaiki diri, namun jika itu bikin eneg, dari pada dipikirkan dan kita jadi gelisah tak beralasan, mendingan cuekin aja deh 🙂