Berbahagialah jiwa-jiwa yang lemah

Jiwa yang lemah, bukan berarti mereka yang mudah menaruh rasa dan mudah tertarik. Terkadang, kita merasa tertekan dengan keadaan itu. Namun, sebagian orang mengira itu adalah hal buruk yang tidak seharusnya dimiliki oleh setiap orang.

Think! Sebenarnya itu boleh-boleh aja, selagi benar dalam menempatkannya. Ketertarikan itu tidak melulu permasalahan hati antara laki-laki dan perempuan. Perasaan iba yang seketika muncul menanggapi musibah yang dihadapi orang lain itu juga termasuk dalam yang aku maksud.

Sampai ketika tidak ada orang yang dapat merasakan kegetiran orang lain, dunia ini tidak akan lagi mengerti apa itu arti simpati dan empati. Dunia ini akan menjadi keras, kaku dan hati para pencinta matilah sudah.

Untuk kita yang mudah merasakan cinta, mudah mengerti penderitaan orang lain, bersyukurlah, keberadaan kita telah menjaga dunia ini tetap hidup diantara kedamaian. Namun, perasaan itu kalau tak diolah dengan baik juga tidak akan menghasilkan apa-apa.

Misalnya, kita merasa sedih ketika melihat anak-anak kecil yang menjadi peminta diperematan jalan. Hanya sedihkah yang kita rasa? Atau kita tergerak untuk melakukan sesuatu? Sesuatu yang harapanya dapat merubah keadaan itu? Para dedengkot pengemis terkadang memanfaatkan anak-anak kecil untuk melahirkan rasa iba kita, dan tanpa pikir panjang kita dengan mudah mengeluarkan beberapa ribu rupiah kepada pengemis tersebut. Padahal, apakah hal tersebut membantu?

Ya, mungkin membantu, namun hanya bersifat temporary, dan tidak merubah kepada substansi apa yang seharusnya dirubah. Analogi lain, seperti halnya kita melihat sampah diruangkan kerja kita, kita tau itu sampah, kita meneriakinya sampah, namun kita tidak membuangnya. Itu sama saja hal kosong yang berkelanjutan.

Kadang, kita juga berpikir cuek, apatis. “Yasudahlah, buat apa juga mikirin mereka, Kasihan sih, tapi bisanya cuma bantu do’a”, what?

Iya sih, tapi kalau semua orang berpikir demikian, bagaimana sebuah perubahan itu ada? Sekali lagi, tidak semua orang memiliki hati yang mudah luluh, dan jiwa yang mudah tergerak. Jika dari seisi bumi ini ini, hanya berapa persennya yang bisa merasakan itu, apa iya harus masih dibagi lagi sekian persen untuk menemukan siapa yang benar-benar mau bergerak?

Itu hanyalah contoh kawan, aku hanya memberi sedikit gambaran. Karena jujur, aku adalah sama seperti kalian. Hati ini mudah sekali luluh, dan merasakan getir. Tapi, untuk berbuat, terkadang masih sulit dan ya begitulah.

Mulai dari tulisan ini, ingin sekali melatih kepekaan. Sehingga, setiap ada perasaan itu, bisa segera menjadi bagian diantara perubah yang terjadi.

Berbahagialah jiwa-jiwa yang lemah, jiwa-jiwa yang mudah merasakan cinta…



0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x